Teori ini pada awalnya diformulasikan dalam sebuah ceramah di American Enterprise Institute pada tahun 1992, yang kemudian dikembangkan dalam artikel Foreign Affairs tahun 1993 yang berjudul "The Clash of Civilizations?", sebagai tanggapan terhadap buku Francis Fukuyama tahun 1992 yang berjudul The End of History and the Last Man. Huntington kemudian mengembangkan tesisnya dalam sebuah buku tahun 1996 yang berjudul The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order.
Ungkapan benturan peradaban itu sendiri pertama kali digunakan oleh Bernard Lewis dalam sebuah artikel The Atlantic Monthly edisi bulan September 1990 yang berjudul "The Roots of Muslim Rage".
Ungkapan ini berasal dari clash of cultures, yang sudah digunakan selama masa kolonial dan Belle Époque, periode dalam sejarah sosial Eropa selama akhir abad ke-19 dan berakhir pada Perang Dunia I.
Huntington memulai pemikirannya tentang benturan peradaban dengan melakukan survey berbagai teori tentang karakteristik politik global dalam periode pasca Perang Dingin. Beberapa pembuat teori dan penulis memperdebatkan bahwa hak asasi manusia, demokrasi liberal dan ekonomi pasar bebas kapitalis menjadi satu-satunya alternatif ideologi yang tersisa bagi bangsa-bangsa di dunia pasca Perang Dingin. Francis Fukuyama khususnya memperdebatkan bahwa dunia telah mencapai 'akhir sejarah' dalam pengertian Georg Wilhelm Friedrich Hegel.
Huntington meyakini bahwa sementara era ideologi berakhir, dunia hanya akan kembali ke keadaan peristiwa normal yang dicirikan oleh konflik kultural. Dalam tesisnya dia memperdebatkan bahwa sumbu utama konflik di masa depan akan berputar di sekitar garis keagamaan dan kultural.
Sebagai perluasan, dia menempatkan bahwa konsep peradaban berbeda, sebagai peringkat tertinggi identitas kultural, akan menjadi lebih berguna dalam menganalisa potensi konflik.
Tweet |
Informasi/Berita tentang Benturan Peradaban ini dipublikasikan pada hari Kamis, 16 Juni 2011